1.000 Kasus DBD Terdeteksi di Bandung Barat, Lakukan 3M Plus Ini di Rumah!

by -22 Views
by
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengingatkan masyarakat agar waspada penularan demam berdarah dangue (DBD). Penyakit ini, menjadi ancaman serius setiap tahunnya. Terutama, saat curah hujan tinggi yang memicu genangan air, tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.

banner 336x280

Pencegahan menjadi langkah paling penting agar terhindar dari gigitan nyamuk penyebab DBD. Salah satu metode yang paling efektif dan dianjurkan adalah gerakan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, ditambah berbagai langkah tambahan untuk mencegah gigitan nyamuk.

“Kami mengimbau masyarakat rutin melakukan 3M Plus. Menguras tempat penampungan air, menutup wadah air, mengubur barang bekas, serta menambahkan langkah-langkah pencegahan lain seperti penggunaan lotion anti-nyamuk,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Kesehatan KBB, Nurul Rasihan, Kamis (27/11/2025).

Berdasarkan data laporan Dinkes KBB, sudah ada 1.501 warga terinfeksi DBD sejak Januari 2025 hingga pertengahan November 2025. Dari total kasus tersebut, tiga di antaranya dilaporkan meninggal dunia. Rinciannya, Januari, sebanyak 189 kasus, Februari sebanyak 152 kasus dan 143 kasus pada Maret.

Kemudian April sebanyak 130 kasus, Mei sebanyak 145 kasus, Juni sebanyak 123 kasus dengan satu kematian, Juli sebanyak 169 kasus, Agustus sebanyak 172 kasus dengan dua kematian tambahan. Lalu September sebanyak 149 kasus, dan Oktober tercatat 129 kasus.

“Polanya hampir sama, bahwa penyebaran DBD masih cukup masif. Saat curah hujan mulai tinggi, populasi nyamuk Aedes aegypti cenderung meningkat. Ini sebabnya kasus DBD melonjak pada bulan-bulan tertentu,” kata Nurul.

Berdasarkan sebaran wilayah, tiga kecamatan tercatat memiliki jumlah kasus tertinggi. Kecamatan Cililin menempati posisi pertama dengan 235 kasus, disusul Cihampelas dengan 162 kasus, dan Sindangkerta dengan 132 kasus.

Dari sisi jenis kelamin, penderita laki-laki mendominasi dengan 798 kasus, sementara perempuan tercatat sebanyak 703 kasus. Dilihat dari golongan umur, kelompok usia produktif 15-44 tahun paling banyak terdampak dengan 625 kasus. Sementara kelompok usia 5–14 tahun menyusul dengan 358 kasus.

Adapun kelompok usia 1-4 tahun mencatat 174 kasus, usia di atas 44 tahun sebanyak 272 kasus, dan bayi di bawah satu tahun sebanyak 17 kasus. Merujuk data ini, risiko terjangkitnya DBD merata pada semua kelompok umur.

Ia menambahkan bahwa pihaknya telah mengintensifkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging, serta edukasi masyarakat di wilayah dengan kasus tinggi. Namun jika ada yang merasakan gejala DBD, masyarakat harus segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan apabila muncul gejala seperti demam tinggi mendadak, nyeri sendi, dan tanda-tanda perdarahan.

“Penanganan cepat menjadi kunci agar pasien tidak jatuh pada kondisi berat. Kami berharap masyarakat tidak menunggu ada kasus di lingkungannya. Upaya pencegahan harus dilakukan sejak sekarang,” imbuh Nurul.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.