Mengenal Sesepuh Masjid Salman ITB, Imaduddin Abdulrahim

by -72 Views
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim atau yang akrab disapa Bang ‘Imad lahir pada 21 April 1931 di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Kalangan Institut Teknologi Bandung (ITB) menjulukinya sesepuh Departemen Teknik Elektro. Namanya dikenang tidak hanya sebagai akademisi, tetapi juga mubaligh nasional.

banner 336x280

Bang ‘Imad merupakan seorang pendiri Masjid Salman ITB. Dia keturunan alim ulama. Ayahandanya, Haji ‘Abdulrahim Abdullah, merupakan alumnus Universitas al-Azhar (Mesir). Sukunya, Minangkabau. Sang ayah juga aktif di dunia politik sebagai anggota Konstituante dari Partai Masyumi. Ibundanya, Syaifatul Akmal, adalah keturunan bangsawan Kesultanan Langkat.

Cerita tentang sang ayah yang pernah menimba ilmu di Mesir tidak lepas dari peran Kesultanan Langkat. Bapaknya (kakek dari Bang ‘Imad) adalah pengurus masjid kerajaan tersebut sejak 1870-an. Anaknya (‘Abdulrahim) lantas dititipkan kepada mufti Kesultanan Langkat, Haji Majjadah, untuk menjadi santri. Sesudah menikah, pasangan ‘Abdulrahim dan Syaifatul Akmal berangkat ke Tanah Suci, lalu lanjut ke Kairo.

Semasa di Mesir, pasangan tersebut dikaruniai anak pertama, Abdulrahman, tetapi buah hati mereka itu wafat tidak lama kemudian. Sesudahnya, mereka memeroleh keturunan lagi, yakni dua orang putri. Sekembalinya di Tanah Air, lahirlah putra mereka, Muhammad ‘Imaduddin. Lima tahun kemudian, lahir ‘anaknya yang lain, Abdullah.

Masa kecilnya

Rifki Rosyad dalam A Quest for True Islam (1995), memaparkan masa kecil ‘Imaduddin Abdulrahim. Orang tuanya mengajarkan kepadanya dasar-dasar agama Islam. Selain itu, sang ayah juga kerap menuturkan kisah-kisah heroik nan inspiratif tentang perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat.

Di rumahnya, ‘Imaduddin dan para saudara ditempa secara disiplin. Tidak ada waktu terbuang sia-sia. Misalnya, lima shalat wajib harus di awal waktu. Harus rutin mengaji.

Di luar rumah, ‘Imaduddin menempuh pendidikan dasar di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandsche School (HIS). Masa kecilnya tidak lepas dari suasana perjuangan bangsa Indonesia mengusir penjajah.

Sang ayah, Haji ‘Abdulrahim, bahkan sempat memboyong keluarganya ke Aceh. Sebab, dianggapnya sultan Langkat saat itu berpihak pada Belanda. Pasca-Proklamasi RI, ‘Imaduddin muda tergabung dalam Barisan Hizbullah. Saat itu, tahun 1946. Walau baru berusia 15 tahun, Bang ‘Imad sudah mampu melakukan taktik gerilya sampai-sampai meraih pangkat sersan.

Bung Hatta ubah jalan hidupnya

Buku Bang ‘Imad: Pemikiran dan Gerakan Dakwahnya (2002) mengungkap fakta menarik. Waktu itu, ‘Imaduddin duduk di kelas tiga SMA. Artinya, beberapa bulan lagi dia akan lulus, untuk kemudian menjadi mahasiswa.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.