Ceramah di Masjid Salman ITB, Kang Ace Sebut Pentingnya Ketahanan Nasional

by -28 Views
banner 468x60


Jakarta

banner 336x280

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Tubagus Ace Hasan Syadzily menyampaikan ceramah di Masjid Salman ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung. Dia menekankan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah SWT.

Dalam ceramah yang disampaikan Kamis (13/3) malam, Ace mengatakan rasa syukur akan memperkokoh ketahanan nasional guna mewujudkan bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Dalam ceramah yang disampaikan seusai pelaksanaan salat Tarawih berjemaah, pria yang akrab disapa Kang Ace itu menjelaskan dalam Al-Qur’an banyak menyebutkan tentang kisah suatu kaum. Dari kisah itu, lebih banyak tentang kaum-kaum ya Allah binasakan. Walaupun di dalam Al-Qur’an juga Allah menceritakan tentang kaum yang terbukti dalam sejarah, mampu menjadi bangsa yang dalam terminologi Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Yang dalam dalam bahasa Sunda-nya, gemah ripah loh jinawi. Kira-kira begitu. Tapi dalam bahasa Arab-nya, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/3/2025).

Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat (Jabar) itu menyebut kisah-kisah yang terkandung dalam Al-Qur’an bisa menjadi pelajaran atau ibrah bagi umat Islam.


ADVERTISEMENT

“Ketahanan nasional sangat penting untuk menjaga agar suatu kaum atau bangsa bisa mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” ujar Kang Ace.

Alquran menyebutkan, tutur Kang Ace, misalnya dalam Surat Al-Fajr ayat 6 sampai 11, ada tiga kaum yang diberikan kelebihan oleh Allah. Akan tetapi kaum itu dibinasakan lantaran terlalu sombong dengan kelebihan yang dimilikinya.

“Di dalam Surat Al-Fajr, Allah berfirman ‘Apakah kamu tidak melihat bagaimana Tuhan-mu memperlakukan suatu kaum yang disebut kaum Ad?’ Kaum Ad ini diberikan kelebihan bisa membangun bangunan yang kuat. Sebelumnya tidak ada. Jadi arsitektur sudah ada, jauh sebelum ITB berdiri. Menurut kajian sejarah, kaum Ad ini hidup 8 abad sebelum Masehi,” tutur Kang Ace.

Yang kedua, kata Kang Ace, kaum Tsamud yang bisa menghiasi dinding-dinding gunung. Mereka mampu membuat desain interior dan eksterior luar biasa. Jika pernah berkunjung ke Petra, Yordania, dikaitkan dengan kaum Tsamud.

“Di Petra, Yordania, gunung batu dihias sangat indah. Sampai sekarang masih kokoh, diukir, dilukis luar biasa,” ucapnya.

Yang ketiga adalah bangsa Mesir yang dipimpin Firaun, yang mampu membangun bangunan megah dan kokoh, yaitu, Piramida.

“Bisa dibayangkan, tiga bangsa besar dengan peradaban yang sampai saat ini bisa kita lihat, tetapi mereka dihancurkan. Mereka sombong, kufur terhadap nikmat Allah. Karena merasa kebesaran sebuah bangsa karena dirinya sendiri sehingga menjadi sangat arogan. Tidak mengikuti apa yang diperintahkan Allah, sehingga dengan sombong berjalan di muka Bumi,” ujar Kang Ace.

Kang Ace yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu menuturkan, ada juga kaum yang dipuji oleh Allah. Namun kemudian karena kaum tersebut kufur lagi lalu menjadi binasa, yaitu kaum Saba sebagaimana dijelaskan tercermin dalam Al-Qur’an Surat Saba’ ayat ke-15.

Alquran menggambarkan, Saba makmur, tanahnya subur. Kanan kiri jalan merupakan kebun-kebun yang luar biasa subur. Bahkan dalam tafsir Athabari, saking suburnya, kalau berjalan satu kilometer dengan keranjang di kepala, keranjang itu akan penuh dengan buah-buahan.

Negeri Saba’ di Yaman, memiliki sistem irigasi atau pengairan modern membentang dari Saba hingga Etiopia yang dapat mengairi seluruh kebun-kebun sehingga subur. Saba’ yang eksis 8 abad Sebelum Masehi telah menguasai teknologi pengairan modern. Jadi luar biasa sekali.

“Kaum Saba ini merupakan kaum yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang baik, adalah negeri yang di dalamnya rezeki melimpah, kesejahteraan terbangun dengan baik karena kesuburan alam. Tapi ingat di dalamnya adalah kekuatan Allah yang selalu memberikan rezeki,” tuturnya.

Artinya, di balik sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi, baldatun tayyibah, itu pasti ada kekuatan yang memberikan nikmat. Namun kaum Saba’ lupa dengan Tuhan. Mereka berpaling, sehingga Allah pun mendatangkan banjir yang besar akibat runtuhnya bendungan.

“Kemudian Allah menggantinya dengan pepohonan yang tidak produktif karena mereka berpaling dan tidak bersyukur. Allah memberikan balasan karena kekufuran mereka,” ucap Kang Ace.

Dia menegaskan umat manusia bisa mempelajari sejarah di dalam Al-Qur’an, bahwa suatu bangsa akan kuat kalau ingat dan bersyukur kepada Tuhan. Kalau tidak bersyukur atau apa yang telah diciptakan, bangsa itu akan binasa.

“Pertanyaannya, bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah? Bersyukur tidak cukup dengan omon-omon saja, hanya mengucapkan terima kasih,” ujarnya.

Syukur itu, pertama mengucapkan alhamdulillah. Kedua, harus memiliki loyalitas kepada yang memberikan nikmat itu. Ketiga, mendayagunakan dan memanfaatkan pemberian tersebut sesuai yang diinginkan oleh Yang Maha Kuasa.

“Dalam konteks kita sebagai sebuah bangsa, diberikan kekayaan alam luar biasa, patut disyukuri. Tidak cukup hanya mengucapkan terima kasih dan taat, tapi jauh lebih penting adalah memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia sesuai kehendak Allah,” tegas Kang Ace.

“Pemerintah memanfaatkan sebesar-besarnya, mengeksploitasi kekayaan alam, itu bagian dari rasa syukur. Tapi ingat harus sesuai kehendak. Jika tidak, kita termasuk orang-orang kufur. Jadi pemerintah memiliki program hilirisasi untuk kesejahteraan rakyat, itu bagian dari bentuk syukur atas nikmat Allah,” ucapnya.

(prf/ega)

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Usulkan di sini

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.