
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Hari ini, dunia seakan bergerak begitu cepat. Tak heran, kadang kita merasa terjebak dalam rutinitas harian mengejar target kerja, naik gaji, cicilan lunas, atau goals finansial jangka pendek lainnya. Tidak salah, tapi tanpa sadar, kita lupa satu hal penting yang pasti terjadi ke semua orang: masa pensiun.
Padahal, menyiapkan masa pensiun, juga tidak kalah penting. Bahkan mungkin sudah menjadi keharusan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mayoritas pekerja di Indonesia baik formal maupun informal belum memiliki persiapan finansial yang memadai untuk pensiun. Artinya, begitu masuk usia non-produktif, mereka rentan mengalami masalah keuangan.
Riset dari Mercer CFA Institute Global Pension Index 2023 menunjukkan bahwa sistem pensiun Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga. Tantangan utamanya yakni rendahnya cakupan dan minimnya literasi perencanaan pensiun.
Soal menyiapkan dana pensiun, seringkali masalahnya bukan di niat, tapi di kesadaran. Generasi milenial, banyak sudah paham. Namun, karena pensiun terasa “nanti banget”, akhirnya kalah prioritas dibanding keinginan untuk membeli gadget baru, healing trip, atau upgrade lifestyle. Padahal kalau mulai dari sekarang, tidak perlu kerja keras di usia 60 hanya untuk bertahan hidup.
Untungnya, ada solusi jangka panjang yang makin relevan di era serba cepat ini: Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Meski konsepnya sudah lama ada, awareness-nya belum maksimal. Padahal, DPLK bisa membantu menyiapkan masa depan tanpa bikin dompet sekarang ‘menderita’.
Singkatnya, DPLK adalah investasi jangka panjang khusus untuk dana hari tua. Setor iuran secara berkala, lalu dananya dikelola secara profesional sesuai profil risiko yang dipilih. Nanti, ketika pensiun, uangnya bisa dinikmati sebagai pemasukan rutin atau lump sum.
Berbeda dari tabungan biasa, DPLK punya sistem yang mendorong disiplin. Uangnya tidak bisa ditarik sembarangan. Tujuannya pun jelas, bukan untuk liburan akhir tahun, tapi untuk kebutuhan hidup saat pensiun. Agar terhindar dari godaan impulsif.
Peserta DPLK memiliki kebebasan dalam menentukan besaran iuran serta skema portofolio investasi yang sesuai dengan profil risiko masing-masing, baik konservatif, moderat, maupun agresif. Karyawan perusahaan dapat mengikuti program DPLK melalui tempat kerja mereka. Namun demikian, individu secara perorangan juga tetap dapat mendaftar dan mengelola DPLK secara mandiri.
Dari sisi pengelolaan, DPLK berada di bawah pengawasan ketat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dikelola oleh manajer investasi profesional yang memiliki lisensi. Artinya, peserta tidak mengambil risiko secara individu, melainkan berinvestasi melalui lembaga yang terpercaya dan berpengalaman dalam manajemen risiko pasar.
Salah satu penyelenggara DPLK yang memiliki reputasi baik adalah bank bjb melalui program bjb Siap (DPLK). Dengan rekam jejak yang solid serta layanan yang komprehensif, bjb Siap tidak hanya menawarkan diversifikasi instrumen investasi, tetapi juga aktif dalam memberikan edukasi keuangan melalui berbagai workshop, webinar, dan materi digital yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
Bagi pekerja yang baru memulai karier dan belum memiliki alokasi anggaran pensiun yang besar, DPLK bank bjb memberikan fleksibilitas tinggi. Peserta dapat mulai dengan iuran dalam jumlah kecil dan meningkatkannya seiring dengan kemampuan finansial.
Prinsip utamanya adalah memulai terlebih dahulu, kemudian menyesuaikan seiring waktu. Skema ini sangat relevan bagi para pekerja muda maupun freelancer dengan penghasilan yang fluktuatif.