
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Di balik citranya sebagai program sosial, Beasiswa Pama ‘Saya Bisa!’ ternyata merupakan program pencari talenta yang strategis. Jauh dari sekadar program Corporate Social Responsibility (CSR) biasa, inisiatif PT Pamapersada Nusantara (Pama) ini adalah investasi jangka panjang untuk melahirkan para ahli tambang dari putra-putri daerah, yang loyal dan kompeten untuk membangun daerahnya sendiri.
Momen wisuda angkatan kedua program ini di Politeknik Energi dan Pertambangan (PEP) Bandung pada 13 Agustus 2025 lalu menjadi penegasan atas keberhasilan strategi tersebut. Program ini secara sistematis mengubah lanskap sumber daya manusia di sekitar wilayah operasional perusahaan, membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat dan kebutuhan bisnis dapat berjalan beriringan.
Sejak awal, Pama merancang program ‘Saya Bisa!’ sebagai kegiatan talent scouting dan employer branding di tingkat hulu. Perusahaan secara proaktif menjaring bibit-bibit unggul dari lulusan SMA/SMK di wilayah ring 1, menyeleksi mereka secara ketat, lalu membentuknya menjadi tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Head of CSR Program Development, Suryadi, menjelaskan filosofi di balik program ini. “Bagi PAMA, CSR bukan hanya tentang memberi, tetapi tentang memberdayakan. Melalui beasiswa Saya Bisa!, kami ingin mencetak tenaga ahli lokal yang mampu bersaing sekaligus membangun daerah asal mereka. Ini adalah investasi sosial jangka panjang untuk masyarakat yang ada di sekitar area kerja Pama,” ungkapnya.
Hal ini diperkuat oleh Direktur HCGS, CCKM, LSP PT Pamapersada Nusantara, Abdul Nasir Maksum. “Program ‘Saya Bisa!’ adalah jembatan yang kami bangun. Ini bukan sekadar CSR, melainkan sebuah strategi hulu dalam menciptakan talenta yang loyal, kompeten, dan memiliki ikatan emosional dengan daerah asalnya,” ujarnya.
Prosesnya pun tidak main-main. Head of Recruitment & Selection, Hendra Maraden, menegaskan bahwa seleksi penerima beasiswa menggunakan standar yang tinggi.
“Program beasiswa Saya Bisa! tidak hanya memberi kesempatan pendidikan, tetapi juga menyiapkan talenta lokal yang kompeten untuk masa depan. Sebagai media talent scouting, kami telah melakukan proses seleksi pada calon penerima beasiswa dengan menggunakan standar karyawan Pama sehingga nantinya kami berharap saat mereka lulus, para penerima beasiswa ini bisa mengikuti proses seleksi untuk dapat bergabung di Pama,” jelasnya.
Setelah lolos, mereka diinkubasi di PEP Bandung dengan fasilitas penuh dan kurikulum yang relevan. Hasilnya terbukti. Salah satu alumnus angkatan pertama, Difo merasakan betul bagaimana program ini memberinya kesempatan yang terbuka. “Program ini memberi saya peluang yang besar untuk dapat berkarir di Pama meski tetap ada tahapan seleksi yang harus kami lalui. Setidaknya, kami memiliki jalur fast track dalam proses seleksi masuk Pama sehingga tidak harus mengikuti proses seleksi sejak awal,” ungkapnya.
Manajemen PEP Bandung pun melihat ini sebagai model sinergi yang ideal. “Model ‘link and match’ antara PAMA dan PEP ini terbukti efektif. Industri mendapatkan talenta yang ‘siap pakai’, dan kami sebagai institusi pendidikan berhasil menyalurkan lulusan terbaik kami ke dunia kerja yang sesungguhnya,” jelas perwakilan manajemen.
Bagi talenta muda yang ingin menjadi bagian dari strategi ini, Abdul Nasir mengingatkan pentingnya mencari informasi dari sumber yang valid. “Semua informasi resmi dan jadwal seleksi kami publikasikan secara transparan,” tutupnya.