
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG–Indonesia, memiliki potensi untuk menghasilkan semua kebutuhan pangan. Namun, hingga saat ini ketergantungan Indonesia pada produk pangan impor pangan masih mengkhawatirkan. Hal ini, membuat para tokoh di Jawa Barat (Jabar) menginisiasi lahirnya gerakan budaya pangan, Indonesia Locavore Society (ILS), di Bandung, Sabtu (1/11/2015).
ILS didirikan oleh Syarif Bastaman bersama sejumlah tokoh yakni Erry Riana Hardjapamengkas, tokoh anti korupsi, Ayi Vivanda eks Wakil Walikota Bandung, aktivis agrobisnis serta ahli multimedia Eep S Maqdir, Widiana Syafaat sebagai Ketua HKTI Garut, Andri P Kantaprawira sebagai budayawan Sunda dan Ketua MMS, dan Anggota P-Project Denny Chandra Iriana.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Menurut Artis yang juga Anggota P-Project, Denny Chandra Iriana, pangan ini menjadi kebutuhan dasar bagi semua orang. Namun, saat ini Indonesia masih tergantung pada pangan impor. Oleh karena itu, ia peduli dengan gerakan untuk mengonsumsi pangan lokal. “Iya saya diajak untuk ikut mengampanyekan gerakan pangan lokal ini, jadi saya tertarik untuk ikut mengkampanyeka pangan lokal, kalau belanja yuk belanjanya ke warung atau kios biar menghidupkan ekonomi masyarakat,” ujar Denny P-Project.
Sementara menurut Pendiri ILS Syarif Bastaman, berdasarkan data yang dimiliki ILS, tercatat Indonesia masih impor pangan dan masuk kategori mengkhawatirkan. Selain beras, Pemerintah juga masih mengimpor gandum, gula dan kedelai sebagai bahan baku makanan favorit masyarakat yakni tahu dan tempe. “ILS kami dirikan selain untuk memulai kedaulatan dari keseharian di meja makan. Juga agar Indonesia bisa menghemat sebagai modal pertumbuhan ekonomi bangsa,” kata Syarif.
Sedangkan menurut Ketua ILS, Eep S Maqdir, organisasi ini juga lahir sebagai respon pergeseran budaya konsumsi masyarakat. “Agar muncul kesadaran tentang pentingnya kembali ke akar (local food) dengan mengenali dari mana makanan kita berasal dan bagaimana dihasilkan,” ujar Eep.
Locavore, kata dia, adalah gerakan yang mendorong manusia untuk mengkonsumsi bahan pangan yang tumbuh dan diproduksi di lingkungan terdekatnya.
Menurutnya, seiring waktu, gagasan locavore bakal berkembang menjadi lebih dari sekadar pola makan. “Tapi, menjadi pernyataan budaya dan etika yakni tentang tanggung jawab terhadap bumi, tentang kedaulatan pangan, dan tentang penghargaan terhadap kerja petani, peternak, serta pengrajin pangan yang menjadi tulang punggung kehidupan kita,” paparnya.














