
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG–Untuk mengakselerasi pertumbuhan nilai ekspor agar terus dapat meningkat Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus membuka peluang ke sejumlah negara tujuan baru. Menurut Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, pihaknya mendorong perluasan pasar ekspor non-tradisional sebagai alternatif dari pasar Amerika.
Dedi menilai, potensi pasar Indonesia sangat luas dan terbuka. Tapi, perlu penguatan diplomasi dan negosiasi dagang yang lebih agresif. “Pasar kita ini terbuka dan luas. Negosiasinya harus dilakukan agar produk-produk kita tetap bisa bersaing,” ujar Dedi, Senin (22/12/2025).
Terkait negara tujuan ekspor, Amerika Serikat masih menjadi pasar tradisional utama bagi produk-produk asal Jawa Barat dengan proporsi mencapai 16,54 persen dari total nilai ekspor. Selain Negeri Paman Sam, Filipina muncul sebagai pasar potensial yang kuat di Asia Tenggara dengan kontribusi sebesar 9,17 persen, diikuti oleh Jepang yang menyerap 7,42 persen produk ekspor Jabar.
Sementara menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar Nining Yuliastiani, pemerintah provinsi tidak hanya terpaku pada pasar tradisional. Saat ini, Jabar mulai membidik pasar potensial di kawasan ASEAN, negara-negara anggota BRICS, serta Uni Eropa. “Kami melihat peluang besar di wilayah Afrika dan negara-negara non-tradisional lainnya. Hal ini sejalan dengan rencana strategis Kementerian Perdagangan tahun 2025-2029,” kata Nining.
Nining mengatakan, diversifikasi negara tujuan ekspor menjadi peluang yang sangat memungkinkan dilakukan oleh industri asal Jabar. “Bagaimana mereka bisa beradaptasi terhadap perkembangan terbaru ini, untuk nanti diversifikasi negara tujuan ekspor atau mengisi peluang pasar domestik dan antar pulau, karena peluangnya besar untuk produk Jawa Barat,” katanya.
Produk Jawa Barat, kata dia, terutama kebutuhan sehari-hari, kemudian yang berdampak langsung karena posisinya kebanyakan produksi padat karya masih memiliki peluang merambah pasar baru. “Dalam posisi tersebut, kami tetap optimistis apabila kemudian kita tetap melakukan inovasi. Menguatkan daya saing. Kami Pemprov Jabar tentunya akan terus berupaya dengan pelaku usaha, bagaimana meningkatkan daya saing UMKM,” katanya.
Untuk mendukung keberlanjutan tren ini, kata dia, Disperindag Jabar aktif melaksanakan berbagai program pengembangan. Seperti PROSPEK PESAT, yang melibatkan 40 peserta pelaku usaha untuk siap melakukan penetrasi pasar global. Selain itu, terdapat program Coaching Program for New Exporter (CPNE) dan Business Matching Export (BME) yang masing-masing melatih 30 peserta untuk meningkatkan kapasitas SDM dan mutu produk ekspor.
Salah satu prestasi gemilang tahun ini, adalah partisipasi dalam West Java Expo (WJX) di Trade Expo Indonesia (TEI). Ajang tersebut berhasil mencatatkan transaksi fantastis senilai lebih dari Rp 328,61 miliar. Untuk menjaga momentum ini, dukungan administratif terus diperkuat melalui fasilitasi Surat Keterangan Asal (SKA) yang tersebar di berbagai titik strategis.
Sepanjang tahun 2025, layanan Instansi Penerbit SKA (IPSKA) di Jawa Barat telah berhasil menerbitkan total 197.159 dokumen SKA dan Deklarasi Asal Barang (DAB) untuk melayani 1.420 pelaku usaha.
Aktivitas pelayanan administratif ini, kata dia, didominasi oleh wilayah-wilayah industri utama, di mana IPSKA Kabupaten Bekasi mencatatkan volume pelayanan tertinggi guna mendukung basis manufaktur terbesar. Langkah serupa diikuti oleh IPSKA Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta yang menjadi tumpuan bagi eksportir di sektor otomotif dan mesin yang padat modal.













