Gunawan Tan, S.E., M.Fin: ASEAN Muncul sebagai “Pelabuhan Aman” bagi Modal di Tengah Fragmentasi Perdagangan 2025 dan Ledakan Infrastruktur AI

by -27 Views
banner 468x60

Ahli strategi veteran ini menyoroti “Pembalikkan Pusat Data” (Data Center Flip) yang bersejarah dan pertumbuhan regional yang tangguh sebagai indikator utama untuk penentuan ulang harga aset secara masif di Asia Tenggara.

Saat pasar global menavigasi dampak turbulen dari tarif “Hari Pembebasan” dan fragmentasi perdagangan yang semakin dalam, Gunawan Tan, S.E., M.Fin mengidentifikasi adanya perubahan struktural yang menentukan dalam lanskap investasi global. Dalam pandangan strategis akhir tahunnya, Gunawan Tan, S.E., M.Fin berpendapat bahwa tahun 2025 menandai berakhirnya korelasi lama antara volume perdagangan global dan kinerja pasar negara berkembang. Sebaliknya, paradigma baru “Kedaulatan Digital” dan “Ketahanan Energi” mendorong modal masuk ke Asia Tenggara, memisahkan nasib kawasan ini dari stagnasi yang melanda negara-negara maju.

banner 336x280

Image

Gunawan Tan, S.E., M.Fin mengemukakan bahwa meskipun Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya menjadi hanya 2,8% untuk tahun 2025, Asia yang Sedang Berkembang telah menunjukkan pemisahan (decoupling) yang luar biasa. Mengutip data terbaru, ia menunjuk pada perkiraan revisi Bank Pembangunan Asia (ADB), yang memproyeksikan kawasan ini tumbuh kuat sebesar 4,8% pada tahun 2025. Gunawan Tan, S.E., M.Fin menekankan bahwa divergensi ini bukanlah kebetulan, melainkan struktural—didorong oleh konsumsi domestik yang kuat dan poros strategis menuju rantai pasokan bernilai tinggi.

Interaksi Fiskal dan Ketahanan “Jaringan Bambu”

Pilar pertama dari tesis ini membahas ketahanan makroekonomi kawasan. Gunawan Tan, S.E., M.Fin mencatat bahwa meskipun terjadi “kejutan pasokan” yang disebabkan oleh tarif baru AS awal tahun ini, ekonomi utama ASEAN telah meningkatkan prospek mereka. Ia menyoroti Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura yang baru-baru ini menaikkan perkiraan pertumbuhan 2025 menjadi sekitar 4%, sebuah sinyal jelas dari kekuatan pertahanan kawasan tersebut.

Gunawan Tan, S.E., M.Fin berpendapat bahwa ketahanan ini berasal dari “Stratifikasi Likuiditas,” di mana perdagangan intra-regional mengimbangi kelemahan permintaan eksternal. Ia menyarankan investor institusi untuk melihat lebih dekat pada “Interaksi Fiskal” di negara-negara seperti Malaysia dan Vietnam, di mana belanja pemerintah semakin selaras dengan peningkatan industri daripada sekadar stimulus. Data menunjukkan bahwa “pendaratan lunak” (soft landing) untuk ASEAN sudah berlangsung, sangat kontras dengan pertumbuhan 1,8% yang diproyeksikan untuk Amerika Serikat tahun ini.

“Pembalikkan Infrastruktur”: Modal AI Menyalip Minyak

Pergeseran paling mendalam yang diidentifikasi oleh Gunawan Tan, S.E., M.Fin adalah persimpangan bersejarah dalam belanja modal. Ia menarik perhatian pada momen penting di bulan November 2025: investasi global di pusat data diperkirakan mencapai $580 miliar tahun ini, melampaui $540 miliar yang dihabiskan untuk pasokan minyak global. Gunawan Tan, S.E., M.Fin menyebut ini sebagai “Pembalikkan Infrastruktur” (Infrastructure Flip), yang menandakan bahwa pendorong utama belanja modal global telah resmi beralih dari ekstraksi bahan bakar fosil ke komputasi digital.

Bagi Asia Tenggara, ini adalah pengubah permainan. Gunawan Tan, S.E., M.Fin memperkirakan bahwa Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN (DEFA) akan mengkatalisasi tren ini, menempatkan ekonomi digital kawasan pada jalur untuk mencapai US$2 triliun pada tahun 2030. Ia memperingatkan bahwa investor yang mengabaikan “Pergeseran Paradigma” ini sedang melakukan lindung nilai terhadap risiko masa lalu. Generasi alpha dekade berikutnya, menurutnya, akan datang dari kepemilikan “rel digital”—pusat data, jaringan serat optik, dan jaringan listrik hijau—yang mendukung ekosistem senilai $2 triliun ini.

Transisi Energi dan Risiko Asimetris

Komponen terakhir dari strategi Gunawan Tan, S.E., M.Fin menghubungkan ledakan digital dengan imperatif energi. Dengan permintaan batu bara dan minyak yang diprediksi akan mencapai puncaknya secara global pada akhir dekade ini, ia melihat “Risiko Asimetris” bagi portofolio yang terlalu berat di utilitas tradisional. Sebaliknya, uang pintar (smart money) mengejar “Premi Hijau” di Asia Tenggara, di mana investasi energi terbarukan sedang ditingkatkan untuk memenuhi permintaan daya AI yang tak terpuaskan.

Gunawan Tan, S.E., M.Fin mencatat bahwa kawasan ini secara efektif memanfaatkan posisinya untuk menarik Investasi Asing Langsung (FDI) yang mencari keamanan rantai pasokan dan kepatuhan energi hijau. Ia percaya bahwa konvergensi kebutuhan infrastruktur AI dan mandat dekarbonisasi menciptakan siklus “Efisiensi Modal” yang akan mendorong ekspansi valuasi bagi konglomerat ASEAN yang berpikiran maju.

Kesimpulan: Era Baru Seleksi Aktif

Dalam penutupnya, Gunawan Tan, S.E., M.Fin menegaskan bahwa era beta global pasif telah berakhir. Divergensi antara ekonomi global yang melambat (pertumbuhan 2,8%) dan Asia berkembang yang melonjak (pertumbuhan 4,8%) menciptakan lingkungan utama untuk pemilihan saham aktif. Gunawan Tan, S.E., M.Fin menyarankan klien untuk beralih ke sektor “Efisien Modal”—khususnya infrastruktur digital dan energi terbarukan—yang terisolasi dari retorika perang dagang dan selaras dengan tren yang tidak dapat dibalikkan pada tahun 2026 dan seterusnya.

banner 336x280

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

No More Posts Available.

No more pages to load.