Keteladanan Seorang Prajurit Bangsa: Refleksi HUT ke-90 Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno

by -45 Views
by
banner 468x60
Tri Sutrisno yang kini sudah berusia 90 tahun. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA) 
Tri Sutrisno yang kini sudah berusia 90 tahun. (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA-REPUBLIKA NETWORK — Perayaan HUT ke-90 Jenderal (Purn) Try Sutrisno menjadi lebih dari sekadar acara penghormatan bagi seorang tokoh bangsa.

Momentum lelaki kelahiran Surabaya 15 November 1935 ini berubah menjadi ruang refleksi tentang nilai-nilai hidup, kepemimpinan, dan pengabdian yang jarang kita temui dalam lanskap sosial-politik hari ini.

banner 336x280

Peluncuran buku “Filosofi Parenting: Rahasia Pola Asuh Jenderal Agar Anak dan Orang Tua Bahagia” karya Adhyaksa Dault menambah dimensi baru dalam memahami sosok Wakil Presiden ke-6 Republik Indonesia tersebut.

Ia bukan hanya sebagai prajurit teladan, panglima, atau negarawan, tetapi sebagai seorang ayah.

Pengasuhan Anak

Buku itu menyajikan kisah pengasuhan yang dialami langsung ketujuh anak Try Sutrisno dan istrinya, Tuti Sutiawati, yakni: Nora Tristyana, Taufik Dwicahyono, Firman Shantyabudi, Nori Chandrawati, Isfan Fajar Satryo, Kunto Arif Wibowo, dan Natalia Indrasari.

Dalam suasana khidmat, cerita yang dibacakan Adhyaksa mengenai “sepatu lungsuran” mengundang senyum sekaligus renungan. Seorang Wakil Presiden yang tetap menerapkan disiplin sederhana. Sepatu dipakai bergantian dari kakak ke adik hingga benar-benar lusuh, adalah potret otentik tentang hidup apa adanya, integritas, dan pengajaran nilai kesederhanaan kepada anak-anak.

Di tengah era ketika simbol status sering kali dijadikan tolok ukur keberhasilan, kisah “sepatu lungsuran” bukan hanya anekdot rumah tangga, tetapi kritik lembut terhadap budaya konsumtif yang kian menjauh dari akar nilai bangsa.

Try Sutrisno menunjukkan bahwa keteladanan dimulai dari rumah: dari makan bersama, dari kedisiplinan kecil, dari kebiasaan tidak berlebihan.

Penghormatan Lintas Generasi

Dalam syukuran dan peluncuran buku ini, Try Sutrisno turut memberikan sambutannya. Ia menyampaikan, dalam membimbing anak-anaknya, tidak pernah sekalipun memanjakan anaknya.

Try Sutrisno mengatakan, apa yang dilakukannya ini pun, diturunkan kepada anak-anaknya. Dia mengatakan telah meminta anak-anaknya agar turut memberi nasehat kepada cucu-cucunya untuk bisa menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga.

Baca juga: Catatan Cak AT: Mungkin Mukjizat Vaksin mRNA

“Saya selalu berkata kepada anak-anak saya, memanjakan anak sama dengan membunuh masa depannya, dan saya juga berkata, Jaga nama baik keluarga, dan lebih penting lagi, jaga nama baik dirimu sendiri,” kata Try Sutrisno.

Kehadiran tokoh-tokoh besar pada acara tersebut, seperti Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-11 Boediono, Shinta Nuriyah Wahid, Soraya Hamzah Haz.

Hingga tokoh nasional seperti Jimly Asshiddiqie, Wiranto, Sutiyoso, Agum Gumelar, AM Hendropriyono, Dudung Abdurachman, Aburizal Bakrie, dan banyak lainnya.

Menunjukkan besarnya penghormatan lintas generasi dan lintas spektrum politik terhadap sosok Try Sutrisno. Ini bukan sekadar penghormatan pada jabatan yang pernah diembannya.

Try Sutrisno adalah prajurit yang tumbuh dari tradisi Zeni Angkatan Darat. Lulusan Akademi Zeni Angkatan Darat (AZIAD) atau Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) disebut juga Akademi Militer Jurusan Teknik (Akmil Jurtek) tahun 1959 di Bandung.

Ia kemudian menapaki perjalanan karier dari komandan peleton sampai pucuk pimpinan militer. Pernah menjadi Wakil Presiden ke-6 RI, Panglima ABRI, Kepala Staf Angkatan Darat, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Panglima Kodam Jaya, Panglima Kodam Sriwijaya, Kepala Staf Kodam Udayana.

Selain itu Try antara lain pernah menjadi Ajudan Presiden Soeharto; Kepala Biro Operasi Staf Operasi Mabesad; Komandan Batalyon Zeni Tempur 10 Amfibi di Resimen Zeni 1 Tempur Kostrad; Wakil Komandan Batalyon Zeni Tempur 9 Para di Resimen Zeni 1 Tempur Kostrad.

Lalu, Wakil Komandan Detasemen Markas di Ditziad; Komandan Kompi Zeni Khusus 1 Dumptruck di Resimen Zeni 2 Kostruksi Ditziad; Komandan Kompi di Batalyon Zeni Tempur 2, Kodam Sriwijaya; Komandan Peleton di Batalyon Zeni Konstruksi 2 Caduad/Kostrad.

Perjalanan panjang itu mengajarkan banyak hal: disiplin, ketegasan, loyalitas pada negara, dan keberanian mengambil keputusan strategis di masa-masa paling pelik sejarah Indonesia.

Namun, melalui buku ini, publik belajar sesuatu yang tidak kalah penting: di balik segala gelar dan jabatan, seorang prajurit besar tetaplah manusia yang bertugas mendidik, mencintai, dan membentuk keluarganya.

Pelajaran Relevan

Indonesia tengah berada pada persimpangan moral. Kemajuan teknologi dan dunia digital memang membuka peluang besar, tetapi juga membawa tantangan: individualisme, hedonisme, dan melemahnya otoritas nilai dalam keluarga.

Di titik inilah, filosofi parenting ala Try Sutrisno menjadi kontras sekaligus penawar. Pola asuh yang menekankan disiplin, kerja keras, hidup sederhana, serta penghormatan pada orang tua dan tanah air adalah fondasi yang tak lekang waktu.

Dalam konteks kebangsaan, keteladanan personal para pemimpin menjadi kebutuhan mendesak. Dari rumah tangga Try Sutrisno, kita melihat bahwa karakter seorang pemimpin dibangun jauh sebelum ia memimpin—dibentuk oleh kebiasaan, pendidikan moral, dan pilihan hidup sehari-hari. Pengabdian pada negara ternyata sejalan dengan pengabdian pada keluarga.

Kemuliaan dan Kesetiaan Nilai

Pada usianya yang ke-90, Try Sutrisno mengajarkan bahwa kemuliaan tidak lahir dari kemewahan atau kekuasaan, tetapi dari kesetiaan pada nilai.

Peluncuran buku ini bukan hanya merayakan perjalanan seorang tokoh bangsa, tetapi juga mengingatkan generasi masa kini bahwa Indonesia memerlukan lebih banyak pemimpin dan orang tua yang mempraktikkan keteladanan, bukan sekadar memberi nasihat.

HUT ke-90 Jenderal Try Sutrisno bukan hanya perayaan umur panjang, tetapi juga perayaan nilai-nilai yang tetap relevan: kesederhanaan, disiplin, integritas, dan cinta pada keluarga serta negara. Dan di momen inilah kita diingatkan bahwa membangun bangsa dimulai dari membangun rumah.

Semoga keteladanan ini menginspirasi lintas generasi. (***)

Penulis: Selamat Ginting/Pengamat Politik dan Militer Universitas Nasional (UNAS)

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.