Menghidupkan Kembali Nilai Spirit Remy Sylado

by -23 Views
by
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Komunitas Remy Sylado Indonesia akan menggelar kegiatan edukatif dan reflektif pada 7 November 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Seribu Hari Remy Sylado, mengenang tiga tahun kepergian seniman multitalenta yang karya dan pemikirannya melintasi zaman.

banner 336x280

Founder Komunitas Remy Sylado Indonesia, Eleonora Moniung menuturkan kegiatan ini dirancang sejak tahun lalu. Semula direncanakan berlangsung di Jakarta, namun akhirnya diputuskan kembali ke Bandung sebagai kota yang menjadi titik awal perjalanan sang seniman besar.



‘’Remy Sylado itu berangkat dari Bandung. Di sinilah awal kariernya dimulai, dari Teater Remy Sylado di YPK, lalu menjadi redaktur majalah yang sempat booming di masanya,’’ ujar Eleonora kepada wartawan, Senin (13/10/25).

Eleonora, yang juga keponakan Remy Sylado menjelaskan, alasan memilih rumah keluarga di kawasan Hegarmanah, karena sebagai titik awal gerakan komunitas ini. “Rumah ini legend. Dari sinilah karier paman saya dimulai. Banyak saksi hidup dari masa itu yang masih bisa bercerita tentang bagaimana semangat kreatifnya tumbuh,” ucapnya.

Kegiatan 7 November nanti akan diawali dengan diskusi edukatif bertema hak cipta dan seni, dengan menghadirkan pakar hukum dan tokoh budaya. Salah satunya adalah profesor penyusun Undang-Undang Hak Cipta dari Kementerian Hukum dan HAM, serta sastrawan Yasmil Hanbar, yang juga anggota Teater Remy Sylado.

“Kami ingin mengangkat etika hukum dan seni. Dua hal ini sering bersinggungan, tapi belum banyak dipahami para pelaku seni muda,” tutur Eleonora. Selain itu, akan hadir juga Dr Benny Matindas, seorang filsuf yang dikenal dekat dengan Remy Sylado. Ia akan berbagi pandangan tentang sisi visioner Remy yang kerap melampaui zamannya.

“Dalam karya Hotel Prodeo, misalnya, ia menulis hal-hal yang kini terbukti relevan. Remy bukan hanya sastrawan, tapi pemikir tajam,” kata Eleonora menirukan kesan Benny.

Sementara itu, pameran lukisan karya Remy Sylado akan digelar juga pada 22 November 2025 di Taman Budaya Dago. Semula, pameran ini dijadwalkan bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November, namun dipindahkan karena lokasinya masih dalam proses perbaikan.

Sebagai seorang berlatar belakang hukum, Eleonora melihat pentingnya edukasi mengenai hak cipta bagi pelaku seni. Ia juga menegaskan, acara ini bukan sekadar peringatan, melainkan momentum membangun kesadaran hukum dan kreativitas generasi muda.

“Saya ingin warisan beliau tidak hanya dikenang, tapi juga menjadi inspirasi bagi generasi milenial dan Gen Z agar berani berkarya orisinal,” tuturnya. Eleonora menambahkan, Komunitas Remy Sylado Indonesia didirikan tahun lalu, dan kini tengah mempersiapkan pendirian yayasan sosial-budaya dan pendidikan, sebagai wadah pelestarian karya dan semangat Remy Sylado.

“Saya hanya meneruskan amanat keluarga. Dulu paman saya berpesan, yakni tolong jaga dan lestarikan karya-karyaku. Jadi, kegiatan ini bukan nostalgia, tapi langkah awal melanjutkan spiritnya,” ujarnya menutup.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.