Menjaga Harga Beras Tetap Ramah Rakyat

by -13 Views
by
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pernahkah membayangkan perasaan seorang ibu yang melangkah ke pasar dengan sisa uang di dompet yang kian menipis, namun pulang dengan senyum lega karena harga beras tak mencekik leher?

banner 336x280

Di tengah riuhnya isu pangan global, ada sebuah cerita tenang dari lorong-lorong pasar tradisional kita, sebuah kepastian yang merayap di antara tumpukan karung, memastikan bahwa piring-piring di meja makan rakyat tidak akan kosong hari ini.



Ketenangan itu tertangkap jelas di raut wajah Ahmad Rizal Ramdhani, Direktur Utama Perum Bulog, saat menyusuri hiruk-pikuk Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (29/12/2025). Bersama jajaran menteri, ia datang bukan sekadar untuk meninjau, melainkan untuk memastikan bahwa keringat para buruh dan warga kecil tidak habis hanya untuk membeli beberapa liter beras.

Di sela-sela aroma pasar yang khas, Rizal menemukan kenyataan yang menyejukkan hati. Beras SPHP, yang menjadi tumpuan banyak keluarga, dibanderol Rp62.000 per kemasan 5 kilogram, lebih murah dari batas harga yang ditetapkan pemerintah. Harga beras medium pun masih mampu menjaga jarak aman di bawah plafon harga eceran tertinggi, memberikan ruang napas bagi dompet masyarakat.

“Kami cek langsung, harga SPHP lebih rendah dari HET. Beras premium pun tetap terjaga stabil,” ujar Rizal dengan nada mantap. Baginya, angka-angka ini bukan sekadar statistik di atas kertas, melainkan bukti nyata bahwa negara hadir untuk menjaga daya beli warganya agar tidak tergerus oleh gejolak pasar yang tak menentu.

Kekuatan di balik stabilitas ini terletak pada lumbung-lumbung padi yang penuh sesak. Dengan stok nasional yang mencapai 3,35 juta ton, Bulog memiliki cadangan yang cukup untuk meredam kekhawatiran. Khusus untuk warga Jakarta, Rizal memberikan jaminan yang menenangkan bahwa stok sebesar 290 ribu ton tersedia di depan mata, siap mengalir ke dapur-dapur warga kapan saja.

Perjalanan Rizal memantau harga pangan tidak hanya berhenti di Jakarta. Dari Surabaya hingga tanah Papua, dari Lampung hingga ke sudut-sudut pasar di Bandung, ia mendapati suasana yang kondusif. Di Bandung, kota yang biasanya dinamis dengan pergerakan harga, kali ini ia mencatat hampir tidak ada gejolak yang mencemaskan masyarakat di sana.

Namun, tantangan sesungguhnya ada di wilayah Sumatera yang kini tengah menjadi perhatian khusus Presiden. Mengikuti arahan kepala negara, Bulog mengambil langkah tak biasa dengan melipatgandakan stok beras hingga tiga kali lipat dari kebutuhan daerah tersebut. Ini adalah upaya “penebalan” benteng pangan untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

Bayangkan saja, ketika Kabupaten Bener Meriah meminta seribu ton, Bulog justru mengirimkan tiga ribu ton. Di Aceh dan Sumatera Utara pun demikian; setiap permintaan bantuan disuplai berkali-kali lipat lebih banyak. Langkah proaktif ini diambil agar tak ada satu pun warga di pelosok Sumatera yang merasa kekurangan di tengah masa pemulihan pascabencana.

Stok beras yang melimpah ini kini siaga di gudang-gudang Bulog sebagai cadangan siaga. Pemerintah daerah diberikan kebebasan penuh untuk mengambil stok tersebut sesuai kebutuhan mendesak, atau memohon Bulog untuk mendorong distribusinya hingga ke titik-titik tersulit di lapangan.

Distribusi ini memang bukan urusan mudah, terutama untuk wilayah seperti Takengon dan Aceh Tamiang. Jalur darat yang sebagian masih terputus memaksa para pejuang pangan ini memutar otak. Jika truk roda empat tak mampu melintas, mereka tak segan menggunakan sepeda motor hingga menembus jalur udara untuk mengantar harapan.

Di antara stabilnya harga beras, Rizal juga mencatat dinamika kecil pada komoditas lain seperti cabai yang masih bertengger di angka Rp50 ribu per kilogram. Hal ini dikarenakan pasokan yang harus didatangkan dari luar daerah, sebuah pengingat bahwa rantai pasok pangan memang memerlukan perhatian ekstra setiap harinya.

Meski demikian, harga minyak goreng seperti Minyakita tetap setia pada angka Rp15.700 per liter. Konsistensi harga ini menjadi pelengkap bagi stabilnya harga beras, memastikan kebutuhan pokok masyarakat tetap terjangkau dan tidak memicu kepanikan yang tidak perlu.

Bulog kini berdiri sebagai garda terdepan dalam menjaga urusan perut bangsa. Penguatan stok dan kelancaran distribusi menjadi prioritas yang tak bisa ditawar, karena di balik setiap butir beras yang terjual dengan harga wajar, ada ketenangan jutaan kepala keluarga yang terjaga.

Melalui upaya senyap namun sistematis ini, Bulog berharap daya beli masyarakat tetap terjaga kuat. Harapannya sederhana namun mendalam: agar setiap warga, dari sudut kota hingga pelosok desa, dapat menikmati santapan mereka dengan tenang tanpa perlu dihantui oleh gejolak harga yang mencekam.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.