Menkop Dorong Produksi Susu Pangalengan Tembus Ekosistem MBG

by -18 Views
by
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono menegaskan pihaknya akan mendukung penuh langkah Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan masuk ke sektor industri pengolahan susu (IPS) dengan memproduksi susu UHT, tidak hanya produk susu pasteurisasi. Dengan demikian, KPBS Pangalengan dapat memperluas peran dalam ekosistem program Makan Bergizi Gratis (MBG).

banner 336x280

“Saya berharap teknologi pasteurisasi di sini bisa dikembangkan dengan membangun lini pabrik baru untuk memproduksi susu UHT,” ujar Ferry dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (22/12/2025).



Dalam kesempatan yang sama, Ferry juga menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama antara KPBS Pangalengan dengan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Jayabaya 2 tentang pengadaan susu pasteurisasi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), serta penandatanganan perjanjian kerja sama antara KPBS Pangalengan dengan Kopdes Merah Putih Margamulya tentang pelatihan koperasi.

Ferry meyakinkan, produk susu UHT dan pasteurisasi dari KPBS Pangalengan akan dijual di seluruh gerai milik Kopdes Merah Putih di seluruh Indonesia.

“Untuk keperluan industri UHT ini, saya juga pastikan LPDB Koperasi siap membantu bila KPBS Pangalengan membutuhkan tambahan pembiayaan,” lanjut Ferry.

Ferry menambahkan, selama ini industri pengolahan susu di Indonesia mendapatkan bahan bakunya dari impor susu bubuk skim yang diperbolehkan masuk karena ada aturannya. Namun saat ini, peraturan menteri tersebut sudah tidak berlaku lagi.

“Bila koperasi mampu membangun industri pengolahan susu, maka akan menyerap produk susu dari peternak sapi perah kita. Saya pastikan impor susu bubuk skim akan kita larang, karena itu akan mematikan para peternak sapi perah,” ucapnya.

Bahkan, lanjut Ferry, Indonesia seharusnya terus meningkatkan jumlah populasi sapi perah yang sangat dibutuhkan para peternak. “Kita akan dukung program pemerintah untuk menambah populasi sapi perah dan kemudian akan dukung advokasinya untuk menghambat masuknya susu bubuk skim impor,” sambung dia.

Ferry pun mendorong seluruh koperasi peternak sapi perah agar dapat sejajar dengan perusahaan-perusahaan swasta dengan memproduksi susu bubuk sendiri. “Kita jangan mau kalah bersaing dengan pihak swasta, agar dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat,” ucap Ferry.

Jika dikaitkan dengan program MBG, Menkop berharap keberadaan SPPG di seluruh Indonesia mampu membangun rantai pasok (supply chain) yang bersumber dari koperasi, terutama Kopdes Merah Putih.

“Bukan hanya susu, tetapi juga sayur-sayuran nanti akan disuplai koperasi petani sayur dan lain sebagainya. Jadi, tujuan kita memang membangun ekosistem koperasi untuk menyuplai kebutuhan dari SPPG dalam program MBG,” ungkapnya.

Pasalnya, menurut Ferry, kualitas dan sertifikasi susu merupakan fondasi utama penguatan koperasi produsen sapi perah. Susu merupakan produk pangan strategis yang berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.

“Oleh karena itu, pemenuhan standar mutu dan keamanan pangan, serta sertifikasi dari hulu hingga hilir, mulai dari produksi di tingkat peternak, pengolahan, hingga distribusi, harus menjadi perhatian utama koperasi,” ucap Menkop.

Ia mengingatkan, peran kolektif koperasi menjadi kunci dalam mendukung program MBG. Koperasi produsen susu harus mampu menjadi penyedia susu yang aman, layak konsumsi, terstandar, dan tersertifikasi, dengan sistem distribusi yang tertib dan akuntabel.

“Suplai untuk MBG tidak hanya menuntut ketersediaan produk, tetapi juga kesiapan koperasi dalam tata kelola, pencatatan, ketelusuran, dan manajemen rantai pasok. Di sinilah koperasi diuji untuk naik kelas menjadi mitra strategis program nasional,” kata Ferry.

Direktur Utama LPDB Krisdianto menambahkan, KPBS Pangalengan merupakan mitra LPDB yang masuk kategori baik. “Mereka juga sudah memiliki mitra offtaker seperti Ultra Jaya dan Frisian Flag, serta beberapa SPPG dalam program MBG,” kata Krisdianto.

Ke depan, Krisdianto berharap KPBS Pangalengan dapat menjadi pemasok utama Kopdes Merah Putih, khususnya untuk berbagai produk susu. “Koperasi ini pernah mendapat pembiayaan dana bergulir sebesar Rp 15 miliar dan sudah lunas,” ucap Krisdianto.

Sementara itu, Ketua KPBS Aun Gunawan menjelaskan, koperasi yang berdiri sejak 1969 ini kini telah beranggotakan lebih dari 4.500 orang, dengan populasi sapi sebanyak 16 ribu ekor, serta mampu memproduksi susu sekitar 80 ton per hari.

Untuk mendukung produksi dan pemasaran susu segar, KPBS Pangalengan mengoperasikan 28 Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yang terintegrasi dan dikelola melalui sistem berbasis Enterprise Resource Planning (ERP).

Di antara pusat-pusat tersebut, delapan di antaranya dilengkapi dengan sistem pendingin susu yang memungkinkan proses lebih efisien, mulai dari pengumpulan susu di tingkat peternakan hingga pengiriman ke industri pengolahan susu.

“Saat ini,” lanjut Aun, “KPBS Pangalengan terlibat aktif dalam program MBG dengan memasok susu ke 50 SPPG. Tapi, susu kita tidak didrop ke SPPG, melainkan langsung ke sekolah bersamaan dengan waktu distribusi SPPG. Kita siapkan sekitar 700 ribu cup per bulan,” ujar Aun.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.