SPG Mal di Bandung Kadang Pusing Atas Fenomena Rojali, Masih Pagi Sudah Banyak yang Datang

by -16 Views
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Yayu Rahayu, sales promotion girl (SPG) toko baju pria di Metro Indah Mall (MIM) Bandung mengutarakan pendapatnya terkait fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana). Dia mengaku dirugikan oleh rojali yang hanya melihat-lihat dan mencoba barang tanpa berniat membeli.

banner 336x280

“Kadang datangnya pas masih pagi-pagi sedangkan kita mungkin lagi pusing mikirin pembeli, tapi langsung banyak yang masuk, cuma coba-coba aja dan tanpa bicara langsung pergi,” kata Yayu saat ditemui Republika, Senin (28/07/25).



Menurut penuturan Yayu, perilaku rojali ini menguras waktu dan tenaganya karena harus melayani dengan membongkar barang, namun tidak ada transaksi pembelian. “Menguras waktu, menguras tenaga. Kadang kita harus bongkar-bongkar barang eh ujungnya nggak jadi beli. Menurut saya itu sangat merugikan banget,” ungkapnya.

Hal serupa dirasakan Aas, penjual aksesoris dan pernak-pernik di MIM Bandung. Menurutnya, pengunjung yang hanya melihat-lihat kerap membuat barang berantakan dan tidak mengembalikan ke tempat semula. “Barang-barang yang di sini kecil, orang-orang cuma ngelihat-lihat doang. Udah pegang-pegang ke sana ke mari, tapi ditaruhnya di mana aja, kan bikin kesel,” kata Aas.

Menurut Aas, hal ini dapat menghalangi calon pembeli yang memang benar-benar berniat berbelanja. Dia juga menjelaskan tokonya yang berukuran kecil sering dipenuhi oleh rojali.

“Pas orang yang mau masuk, orang baru, susah gitu. Jadi udah terhalang yang nggak akan beli. Akhirnya nggak jadi aja,” jelasnya.

Yayu menjelaskan bahwa maraknya online shop turut memengaruhi pola belanja masyarakat. Banyak orang datang ke mal hanya untuk melihat barang secara langsung, kemudian membelinya secara online dengan harga lebih murah.

“Mempengaruhi banget soalnya yang di online juga harganya membanting banget dari harga kita. Sedangkan kita kan jualnya ada buat bayar sewa juga, jadi harganya beda,” jelas Yayu.

Meski menghadapi persaingan dengan online shop, Yayu menekankan bahwa toko offline memiliki keunggulan dalam hal kualitas dan keaslian barang. “Kalau di sini emang kita bisa pegang-pegang barangnya, bahannya kayak gitu. Untuk orang-orang tertentu masih ada yang menghargai itu,” terangnya.

Yayu dan Aas berharap adanya perubahan perilaku terhadap rojali. Aas menyarankan agar pengunjung langsung bertanya kepada penjual. Maksudnya, jika memang benar-benar mencari barang, pengunjung diharapkan langsung bertanya kepada penjual agar tidak mencari sendiri dan memberantaki aksesoris. Dengan begitu, penjual bisa langsung mengarahkan dan memberitahu kesediaan stok barang dicarinya.

“Misalkan kalau nggak ada niat beli, yaudah. Lebih baik tanya langsung ke yang jual, biar saya arahin langsung, biar nggak usah terlalu lama,” tutupnya.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.