Strategi Investasi Saham 2026, Berburu Saham Bluechip or Konglo? Begini Kata Founder Mikirduit

by -25 Views
banner 468x60

IHSG memang mencatatkan kenaikan yang sensasional tembus 21 persen untuk pertama kalinya sejak terakhir 2014. Lalu, kenaikan ini menjadi yang tertinggi sejak 2010. Lalu, bagaimana strategi investasi saham ke depannya?

JAKARTA — IHSG mencatatkan rekor setelah  24 kali mencatatkan all time high sepanjang 2025 dengan kenaikan sebesar 21,92 persen. Ini adalah kenaikan tertinggi sejak 2011.

banner 336x280

Founder dan CEO Mikirduit Surya Rianto mengatakan, IHSG memang banyak mencatatkan rekor bagus seperti market cap tembus Rp16.000 triliun dan all time high sebanyak 24 kali. Namun, catatannya kenaikan IHSG didorong deretan saham konglomerat yang dulunya tidak likuid, tapi digerakkan naik sehingga market capnya cukup raksasa.

Beberapa saham yang meroket tinggi dan bisa dianggap jadi penopang IHSG antara lain, DSSA, DCII, BRPT, MORA, CUAN, hingga IMPC yang skala market cap jumbo, tapi kenaikan dalam setahun lebih dari 100 persen. Selain itu, kenaikan market cap IHSG juga didorong oleh beberapa IPO jumbo dari CDIA, EMAS, hingga SUPA,” ujarnya.

Euforia saham konglomerat memang mencapai puncaknya pada 2025. Dari Prajogo Pangestu, Bakrie, hingga Happy Hapsoro.

Di sisi lain, saham-saham klasik dengan fundamental oke dan bobot ke IHSG besar seperti big bank, yakni BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, hingga ASII mulai tersisih dari top market cap.

BBCA disalip BREN dari posisi nomor satu, BBRI terdepak ke peringkat 5, BMRI ke peringkat 8, TLKM ke-10, dan ASII turun ke-13.

Surya mengingatkan, secara historis, ketika IHSG naik cukup signifikan dalam satu tahun terutama di atas 20 persen. Pada tahun selanjutnya berpotensi koreksi.

Hal itu terjadi pada 2014 ketika IHSG dalam setahun naik 21,71 persen, kemudian di 2015 turun 11,3 persen. Begitu juga pada 2017 ketika IHSG naik 20,14 persen, lalu pada 2018 turun 2,7 persen.

“Intinya, investor harus tetap rasional terhadap harga saham konglomerat yang naik tinggi. Narasi MSCI masih ada, tapi indeks global itu lagi mewacanakan mengubah skema yang lebih ketat untuk saham Indonesia yang diumumkan pada akhir Januari 2026,” ujarnya.

MSCI memang sempat mengutarakan rencana untuk mengubah ketentuan free float di saham Indonesia dengan menggunakan data KSEI, serta mengecualikan free float berbasis perseroan terbatas domestik, serta lainnya. Lalu, berencana memperkata pembulatan saham Indonesia. Pihak IDX sudah memberikan masukkan ke pihak MSCI, tapi pilihan akhir ada di tangan pemilik indeks global tersebut.

Surya menyarankan, investor bisa memantau perkembangan dulu sebelum jor-joran masuk ke pasar saham di 2026.”Bisa menggunakan strategi manajemen risiko dengan masuk bertahap, serta analisis prospek saham-saham yang akan dibeli. Apakah punya momentum jangka menengah atau tidak, serta apakah volatilitasnya sudah terlampau tinggi atau masih dalam tahap wajar,” ujarnya.

Mikirduit juga sudah update analisis saham terbaru serta realisasi kinerja sepanjang 2025 yang ringkasannya bisa diakses di sini , untuk akses full bisa daftar di sini

banner 336x280

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

No More Posts Available.

No more pages to load.