Warga Kampung Batuloceng Lembang, Sulap Limbah Kopi jadi Produk Bermanfaat

by -10 Views
by
banner 468x60

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT — Semerbak kopi asal Indonesia sudah tercium ke mancanegara. Namun berbicara mengenai industri kopi dari hulu ke hilir, tentunya tak lepas dari permasalahan limbah kopi. Seperti diketahui, proses pemisahan ceri kopi dan bijinya menyisakan limbah tidak sedikit.

banner 336x280

Permasalahan itu ternyata ditemukan juga di Kampung Batuloceng, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Tumpukan limbah kulit kopi ceri yang selama ini menjadi masalah lingkungan. Sebab, Ceri kopi yang telah dikelupas, kulitnya dibiarkan menumpuk lalu dibuang begitu saja. Alhasil menimbulkan bau yang tak sedap.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Berangkat dari temuan permasalahan yang menimbulkan keresahan itu, tim pengabdian masyarakat dari Politeknik Manufaktur Bandung serta Universitas Padjadjaran yang berisikan Rizqi Aji Pratama, Duddy Arisandi, dan Boy Macklin Pareira P mencarikan jalan keluar bagi para petani kopi.

Mereka membuat inovasi pengolahan limbah tersebut menjadi Pupuk Organik Cair (POC) dan teh cascara. Alat pengolah ini diperkenalkan kepada para petani dan pengolah kopi di Kampung Batuloceng. Selama tiga pekan, mereka dilatih dan didampingi dalam proses pengolahan limbah menjadi produk yang bermanfaat bahkan bisa menjadi sumber ekonomi baru.

“Sangat membantu, bahkan bisa jadi sumber penghasilan baru,” ujar Yana, salah seorang petani Desa Suntenjata, Ahad, (2/11/2025).

Selama ini, kata dia, limbah biji kulit kopi selalu dibiarkan menumpuk dalam karung begitu saja yang ternyata bisa menjadi sumber masalah bagi lingkungan. Namun ternyata biji kulit kopi yang dianggap samlah bisa diolah menjadi berkah dan memiliki nilai ekonomi.

“Dulu kami sampai harus keluar biaya untuk membuang kulit kopi. Sekarang, dengan alat ini, kami bisa mengolahnya jadi pupuk dan teh yang bisa dijual,” kata Yana.

Inovasi ini tidak hanya berdampak pada lingkungan dan ekonomi lokal, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2025 yang didanai oleh Kemendiktisaintek dan mendorong pendekatan Project-Based Learning yang melibatkan mahasiswa secara langsung dalam pengembangan teknologi dan interaksi sosial.

“Jadi alat yang telah diserahkan kepada masyarakat telah diterima dengan baik dan mulai dimanfaatkan. Melalui pelatihan yang telah dilakukan, kami juga berharap masyarakat dapat mengoperasikan dan merawat alat tersebut secara mandiri, sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan dalam jangka panjang,” kata salah satu tim pengusul, Rizqi Aji.

Limbah kulit kopi yang selama ini terbuang dapat diolah menjadi produk bernilai guna dan bernilai ekonomi, sehingga tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi masyarakat Kampung Batuloceng, Lembang. “Semoga inisiatif ini menjadi langkah awal menuju pemberdayaan dan keberlanjutan lingkungan yang lebih baik,” katanya.

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.